Process Attribute: Cara Membaca Kapabilitas Proses di Model Kematangan TI

Process Attribute: Cara Membaca Kapabilitas Proses di Model Kematangan TI
RB 14 November 2025
Rate this post

RWI Consulting – Dalam berbagai pembahasan IT Maturity, istilah capability level dan maturity level sudah cukup familiar. Namun ketika masuk ke tahap penilaian yang lebih teknis, muncul satu konsep yang jauh lebih detail: process attribute. Di sinilah asesor mulai “membedah” tiap proses TI, bukan hanya memberi skor angka 0 sampai 5 begitu saja.

Artikel ini merangkum konsep process attribute dalam model kematangan TI, terutama ketika Anda memakai kerangka COBIT 2019 dan model maturity seperti BIMM. Tujuannya sederhana: manajemen dan tim TI bisa memakai bahasa yang sama ketika membahas kualitas proses, bukan sekadar menebak-nebak dari skor akhir.

Process Attribute: Cara Membaca Kapabilitas Proses di Model Kematangan TI

Flyer Complimentary Session Penilaian Penyelenggaran TI

Sebagai konteks, RWI sudah menjelaskan gambaran besar penilaian kematangan TI dalam artikel Penilaian Maturitas IT: Pengertian, Tahapan, dan Contoh Roadmap yang membahas regulasi, model dan cara mengukur IT maturity secara menyeluruh.

1. Apa Itu Process Attribute dalam Model Kematangan TI?

Model process capability COBIT 2019 memakai skala 0 sampai 5 untuk menilai kapabilitas tiap proses, misalnya manajemen perubahan, pengelolaan insiden, atau perencanaan arsitektur.
Supaya penilaian tidak mengandalkan intuisi, COBIT memecah setiap level kapabilitas menjadi beberapa process attribute.

Secara ringkas, process attribute menggambarkan aspek-aspek kunci yang menunjukkan kualitas sebuah proses, seperti:

  • Seberapa konsisten proses mencapai tujuannya.
  • Sejauh mana organisasi mengelola kinerja proses.
  • Bagaimana tim mendefinisikan, menerapkan, dan mengukur proses tersebut.

Di artikel Penilaian Maturitas IT, RWI menjelaskan bahwa penilaian kapabilitas proses memakai model COBIT 2019 dengan skala 0–5 sebagai salah satu fondasi pengukuran IT maturity.
Process attribute berperan sebagai “rubrik penilaian” di balik skor itu. Tanpa atribut ini, skor capability akan terasa abstrak dan sulit menjadikannya dasar diskusi perbaikan.

6 Process Capability Attributes

Dalam kerangka kerja, penilaian kapabilitas proses COBIT memakai enam process capability attributes yang berulang untuk setiap proses yang ternilai:

  1. Process Performance
    Atribut ini memotret apakah proses benar-benar mencapai tujuan yang sudah terdefinisikan. Tim melihat apakah aktivitas berjalan konsisten dan menghasilkan output yang sesuai. Ketika process performance lemah, skor capability otomatis sulit naik, sekalipun dokumentasi terlihat rapi.
  2. Performance Management
    Di sini fokus bergeser ke cara organisasi mengelola kinerja proses. Asesor menilai apakah ada target yang jelas, pemantauan rutin, serta tindakan korektif ketika proses tidak berjalan sesuai ekspektasi. Tanpa pengelolaan kinerja, proses sering bergantung pada inisiatif individu.
  3. Work Product Management
    Atribut ini berkaitan dengan output dan artefak yang dihasilkan proses: kebijakan, prosedur, log insiden, laporan perubahan, dan seterusnya. Tim menilai apakah work product tersebut lengkap, mutakhir, dan layak dipakai sebagai bukti pengendalian yang baik.
  4. Process Definition
    Process attribute ini menyoroti seberapa jelas organisasi mendefinisikan proses: batasan, peran, aktivitas, dan standar yang berlaku. Proses yang didefinisikan dengan baik membuat orang baru pun dapat mengikuti alur kerja tanpa bergantung pada “pengetahuan lisan”.
  5. Process Deployment
    Setelah definisi, pertanyaan berikutnya: sejauh mana proses tersebut benar-benar diterapkan di lapangan? Atribut deployment melihat konsistensi implementasi di berbagai unit, bukan hanya di satu tim yang paling disiplin.
  6. Process Measurement
    Atribut terakhir menilai apakah organisasi mengukur proses dengan metrik yang relevan, memakai data secara rutin, dan memanfaatkan hasil pengukuran untuk perbaikan. Di level yang lebih tinggi, data tidak hanya terkumpul, tetapi benar-benar memandu keputusan.

Enam atribut ini bergerak bersama. Process performance yang kuat tanpa process definition yang jelas biasanya rapuh. Sebaliknya, dokumentasi yang rapi tanpa performance management jarang menghasilkan peningkatan nyata.

Hubungan Process Attribute dengan Capability Level

RWI membedakan jelas antara maturity level TI dan capability level proses. Maturity level menggambarkan kematangan TI secara keseluruhan di level organisasi, sedangkan capability level fokus pada satu proses atau satu tujuan tertentu.

Process attribute hidup di “dunia capability level”. Skemanya kira-kira seperti ini:

  • Setiap proses COBIT memperoleh skor capability 0–5.
  • Penilai memakai enam process attribute sebagai panduan ketika menilai level tersebut.
  • Hasil capability level berbagai proses kemudian bergabung, lalu membentuk gambaran IT maturity organisasi.

Artikel Perbedaan Maturity Level dan Capability Level TI menjelaskan dengan rinci bagaimana capability level menjadi alat ukur teknis per proses, sedangkan maturity level menjadi ringkasan strategis untuk manajemen dan regulator.

Dengan kata lain, process attribute → capability level → IT maturity adalah rantai logis yang menyambungkan dunia teknis dan dunia manajerial.

Cara Memakai Process Attribute dalam Penilaian Kematangan TI

Ketika organisasi menjalankan proyek penilaian IT maturity, tim asesor biasanya mengikuti tahapan yang sudah RWI uraikan: menentukan ruang lingkup, mengumpulkan data, melakukan scoring, menganalisis gap, lalu menyusun roadmap.
Process attribute masuk terutama pada fase scoring dan analisis gap.

Secara praktis, pola kerjanya bisa terlihat seperti ini:

  1. Menentukan proses penilaian
    Tim menyepakati proses mana yang relevan terhadap tujuan penilaian; biasanya mengacu ke 40 tujuan tata kelola dan manajemen COBIT 2019 yang sudah RWI gunakan di berbagai engagement.
  2. Mengumpulkan bukti per atribut
    Untuk setiap proses, asesor mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan enam atribut: contoh work product, dokumen definisi proses, notulen rapat performance review, rekaman metrik, dan lain-lain. Setiap bukti membantu menempatkan proses di level capability yang tepat.
  3. Memberi skor capability dengan panduan atribut
    Dengan bukti di tangan, asesor menilai apakah atribut-atribut tersebut muncul secara konsisten, sebagian, atau baru bersifat ad hoc. Skor capability tidak lagi sekadar “feeling”, melainkan hasil pembacaan sistematis terhadap process attribute.
  4. Menarik implikasi untuk IT maturity
    Setelah capability tiap proses jelas, tim dapat mengagregasi skor per domain dan menyusunnya menjadi gambaran IT maturity. Area dengan atribut yang lemah akan muncul sebagai “warna merah” di heat map dan menjadi kandidat utama untuk quick wins dan program perbaikan jangka menengah.

Pendekatan ini membuat diskusi tidak berhenti di angka. Manajemen bisa bertanya, misalnya, “Mengapa proses manajemen insiden tertahan di level 2?” dan tim TI dapat menjawab dengan merujuk ke atribut yang belum kuat, bukan sekadar menyebut satu angka di tabel.

Process Attribute sebagai Jembatan ke Roadmap IT Maturity

Dalam berbagai publikasi, RWI menekankan bahwa penilaian IT maturity tidak berhenti di laporan skor, tetapi berlanjut ke roadmap transformasi dua sampai tiga tahun ke depan.

Process attribute membantu menyusun roadmap yang tajam, karena:

  • Process performance yang lemah mengisyaratkan kebutuhan akan perbaikan alur kerja dan kapasitas tim.
  • Kekurangan di performance management dan measurement mendorong inisiatif penguatan KPI, dashboard, dan mekanisme review berkala.
  • Celah pada definition, deployment, atau work product management mengarah ke program standarisasi kebijakan, penyesuaian SOP lintas unit, dan penguatan dokumentasi.

Ketika organisasi sudah memahami hubungan antara atribut, capability level, dan maturity level, diskusi roadmap tidak lagi abstrak. Setiap program perbaikan dapat dikaitkan langsung dengan atribut yang ingin diperkuat.

Untuk sudut pandang yang lebih strategis mengenai spektrum level dan fase kematangan TI, Anda dapat merujuk artikel IT Maturity: Penilaian Tata Kelola TI BUMN Indonesia yang merangkum model penilaian, fase maturity, dan contoh roadmap multi-tahun.

Kapan Perlu Bantuan Eksternal?

Process attribute membantu organisasi berbicara tentang kualitas proses TI secara presisi. Namun dalam praktik, membaca bukti, menafsirkan atribut, dan menghubungkannya ke roadmap sering menuntut pengalaman lintas industri.

Ketika organisasi ingin:

  • Menilai kapabilitas proses berdasarkan COBIT 2019 di banyak domain sekaligus.
  • Menyamakan interpretasi atribut antara asesor internal, manajemen, dan regulator.
  • Mengaitkan hasil capability level dengan target maturity yang diatur dalam regulasi.

keterlibatan konsultan yang sudah terbiasa memakai model ini bisa mempercepat proses dan mengurangi perdebatan teknis.

Untuk asesmen end-to-end yang menggabungkan process capability COBIT 2019, model maturity yang relevan, dan penyusunan roadmap transformasi, Anda dapat merujuk layanan Penilaian Penyelenggaraan TI (IT Maturity Assessment) dari RWI.

Dengan memahami peran process attribute dalam model kematangan TI, organisasi memperoleh alat yang lebih tajam: bukan hanya tahu “level” berada di angka berapa, tetapi juga mengapa proses berhenti di sana dan langkah konkret apa yang perlu terjadi supaya TI benar-benar naik kelas.

About RWI
RWI Consulting adalah perusahaan konsultan manajemen risiko yang berdiri sejak tahun 2005. Selama belasan tahun ini, kami telah berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada ratusan klien dari berbagai sektor industri baik BUMN maupun swasta untuk memberikan solusi yang tepat dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mengatasi risiko yang dihadapi perusahaan.
Top