Badan Sertifikasi Manajemen Risiko: Cara Memilih, Standar yang Dipakai, dan Opsi Terbaik di Indonesia

RWI Consulting – Setiap organisasi ingin berlari cepat, tetapi hanya yang siap mengelola ketidakpastian yang bisa bertahan lama. Di sinilah peran badan sertifikasi manajemen risiko menjadi strategis: mereka menilai kompetensi, menjaga standar, dan memberi signal ke pasar bahwa profesional atau perusahaan Anda memang mampu mengelola risiko secara sistematis.
Baca: Sertifikasi Risk Management: Pentingnya dan Biayanya
Apa itu badan sertifikasi dan mengapa penting?

Dalam konteks profesi, badan sertifikasi adalah lembaga yang menetapkan standar kompetensi, menguji, dan menerbitkan sertifikat bagi individu yang memenuhi persyaratan. Di Indonesia, jalur yang paling umum untuk pengakuan nasional berjalan melalui BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) dengan pelaksanaan uji kompetensi oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi).
Untuk bidang pasar modal dan banyak peran risiko, salah satu LSP yang relevan adalah LSP-PM (LSP Pasar Modal). Sejumlah penyedia pelatihan menjadi TUK (Tempat Uji Kompetensi) yang terakreditasi oleh LSP untuk menyelenggarakan asesmen. RWI, misalnya, tercatat sebagai TUK Sewaktu untuk skema Certified Risk Associate (CRA®) dan Certified Risk Professional (CRP®) di bawah LSP-PM.
Di tingkat penyelarasan standar, ada pula jejaring badan/organisasi internasional yang menguatkan pengakuan global. Program sertifikasi RWI menyebut kolaborasi nasional (BNSP—LSP-PM) dan kerja sama internasional dengan AAFM, AAPM, GAFM, serta International Board of Standards (IBS) membuka jalur kredensial yang diakui luas.
Bagaimana ekosistem “badan sertifikasi manajemen risiko di Indonesia” bekerja?
- Standar & kerangka
Program mengacu pada standar mutakhir seperti ISO 31000:2018 dan, untuk konteks BUMN, diselaraskan dengan PER-2/MBU/03/2023. Ini memastikan materi dan asesmen mengikuti praktik serta regulasi terkini. (Contoh pada program CRA/CRP RWI.) - Skema uji kompetensi
Uji kompetensi lazimnya terdiri dari tes tertulis, verifikasi portofolio (mis. risk register), dan wawancara/observasi. Hasilnya diputuskan asesor, lalu sertifikat lisensi BNSP diterbitkan bila dinyatakan kompeten. (Lihat alur CRA/CRP.) - Pengakuan
- Nasional: melalui LSP (mis. LSP-PM) dan lisensi BNSP.
- Internasional: melalui partner global (mis. GAFM, IBS, AAFM, AAPM) untuk beberapa skema spesifik.
Kriteria memilih badan sertifikasi manajemen risiko
- Legalitas & jejaring: pastikan ada keterhubungan ke LSP/BNSP untuk pengakuan nasional serta afiliansi global untuk mobilitas karier lintas industri/negara.
- Standar konten: lihat kesesuaian dengan ISO 31000:2018 dan regulasi lokal (mis. PER-2/MBU/03/2023).
- Metode asesmen: uji tertulis + portofolio kerja nyata + wawancara/observasi, bukan sekadar attendance.
- Transparansi proses & dukungan purna-sertifikasi: dukungan persiapan dokumen, briefing asesmen, dan kejelasan waktu terbit sertifikat.
Produk Sertifikasi Manajemen Risiko di RWI
Berikut rangkuman program sertifikasi RWI yang dapat Anda pilih, mulai fondasi hingga spesialisasi, dengan pengakuan nasional dan/atau internasional sesuai skema.
1) Certified Risk Associate (CRA®) – ERM berbasis ISO 31000
Untuk siapa: staf/analyst/pejabat baru di fungsi risiko, audit, kepatuhan, dan unit bisnis.
Tujuan: memahami prinsip–kerangka–proses ISO 31000, menyusun risk register, menentukan prioritas dan strategi perlakuan.
Pengakuan & asesmen: uji kompetensi oleh LSP-PM; setelah kompeten diterbitkan sertifikat BNSP. Alur asesmen meliputi tes 100 soal, portofolio, dan wawancara.
2) Certified Risk Professional (CRP®) – Praktisi tingkat lanjut
Untuk siapa: praktisi yang sudah memegang tanggung jawab perancangan/implementasi ERM.
Tujuan: mengembangkan kebijakan, kerangka kerja, dashboard indikator, serta tata kelola risiko yang menyeluruh (selaras ISO 31000 dan PER-2/MBU/03/2023).
Pengakuan & asesmen: jalur LSP-PM/BNSP, asesmen melalui tes tertulis, portofolio, dan wawancara.
3) Certified Governance Risk Compliance Specialist (CGRCS) – GRC terintegrasi
Untuk siapa: direktur, manajer risiko/kepatuhan, dan GRC officer.
Fokus: tata kelola, manajemen risiko, kepatuhan regulasi (termasuk referensi SK-3/DKU.MBU/05/2023), dengan pengakuan internasional melalui GAFM.
4) Certified ESG Investing Professional (CEIP) – ESG untuk investasi
Untuk siapa: analis investasi, fund/portfolio manager, profesional keuangan yang mengintegrasikan faktor ESG ke keputusan investasi.
Fokus: konsep & regulasi ESG, integrasi dalam proses investasi, studi kasus, dan asesmen berbasis ujian serta studi kasus.
5) Certified Business Continuity Management Professional (CBCMP) – Ketahanan bisnis
Untuk siapa: business continuity leader, risk manager TI/operasional, dan pimpinan proses kritis.
Fokus: perencanaan dan pengelolaan BCMS (mis. analisis dampak bisnis, strategi pemulihan, dan crisis playbook).
6) Certified Risk Modeling Expert (CRME) – Spesialis pemodelan risiko
Untuk siapa: analis risiko kuantitatif, aktuaris, data scientist.
Fokus: teknik statistik/kuantitatif untuk mengukur–memproyeksikan profil risiko organisasi; bagian dari jejaring IBS pada skema tertentu.
Catatan penting: halaman Certification Program RWI menampilkan daftar ini sekaligus menjelaskan kolaborasi LSP-PM/BNSP dan mitra internasional (AAFM, AAPM, GAFM, IBS). Pastikan Anda menelusuri tiap More Info untuk silabus terbaru dan jalur pendaftaran.
Alur Sertifikasi: dari APL-01 hingga terbit lisensi
Dalam skema nasional (CRA/CRP), peserta:
- Melengkapi APL-01 (identitas, riwayat pendidikan/pekerjaan, bukti pelatihan).
- Menyiapkan portofolio kerja—umumnya risk register dan bukti implementasi.
- Mengikuti tes tertulis (mis. 100 soal/120 menit).
- Wawancara/observasi oleh asesor.
- Keputusan kompeten → sertifikat lisensi BNSP diproses setelah Surat Hasil Asesmen.
Mengapa alur ini penting? Karena sertifikasi menguji kinerja nyata—bukan sekadar kehadiran saat pelatihan.
Manfaat bisnis sertifikasi manajemen risiko
- Kredibilitas profesional & perusahaan. Sertifikat dari badan terakreditasi (BNSP/LSP) atau mitra global memperkuat employer branding dan kepercayaan regulator/mitra.
- Konsistensi praktik. Standar ISO 31000 dan GRC membuat bahasa risiko seragam lintas unit; keputusan menjadi lebih cepat dan terukur.
- Kesiapan krisis. Bagi peran operasional, kredensial BCMS (CBCMP) memastikan organisasi punya playbook pemulihan yang teruji.
- Kapasitas analitik. Untuk industri intensif data, CRME mendorong penggunaan model kuantitatif yang dapat diaudit.
- Keberlanjutan investasi. CEIP melengkapi pengambilan keputusan keuangan dengan dimensi ESG yang kian disyaratkan pasar.
Dengan memilih badan sertifikasi yang tepat, Anda tidak sekadar mengejar gelar, tetapi membangun kapabilitas organisasi: keputusan yang lebih akurat, kontrol yang lebih efektif, dan kesiapan menghadapi disrupsi.






