Contoh Indikator Tingkat Kematangan TI

RWI Consulting – Ketika manajemen menerima laporan IT Maturity dengan angka 0 – 5 per domain, pertanyaan berikutnya biasanya muncul: indikator konkretnya apa? Apa bedanya organisasi di level 1, 3, atau 4 kalau dilihat dari keseharian kerja TI?
Artikel Penilaian Maturitas IT: Pengertian, Tahapan, dan Contoh Roadmap… menjelaskan bahwa penilaian maturitas tidak hanya memberi skor, tetapi juga karakteristik dan indikator pada tiap fase, dari kondisi ad-hoc sampai praktik terbaik.
Tulisan ini merangkum contoh indikator tingkat kematangan TI dengan bahasa yang lebih praktis, supaya manajemen dan tim TI bisa memakai skala 0–5 sebagai alat diskusi dan prioritas perbaikan.
Contoh Indikator Tingkat Kematangan TI

Apa yang dimaksud indikator tingkat kematangan TI?
RWI menggambarkan IT Maturity dengan skala 0–5 yang berasal dari model kapabilitas proses COBIT 2019 dan skala BIMM 2024. Skala ini membantu organisasi membaca seberapa lengkap, konsisten, dan terukur proses TI berjalan, lalu menyusunnya menjadi heat map kematangan per domain.
Di artikel Level Kematangan TI 0 sampai 5: Cara Sederhana Membaca Skala IT Maturity, RWI menjelaskan bahwa setiap level memiliki ciri khas: mulai dari proses yang belum terbentuk, hingga proses yang terukur dan terus meningkat lewat budaya perbaikan berkelanjutan.
Dari sana, muncul indikator tingkat kematangan TI: tanda-tanda nyata yang menunjukkan apakah organisasi masih berada di fase awal, sudah menerapkan praktik baik, atau mulai menjadi rujukan industri. Artikel IT Maturity untuk BUMN bahkan memakai istilah “indikator karakteristik IT Maturity” untuk menggambarkan hal ini per fase.
Contoh indikator tingkat kematangan TI di fase awal (Initial / Ad-hoc, level 0–1)
Pada fase awal, organisasi baru mulai meraba-raba peran TI. Aktivitas TI belum terdokumentasi dengan baik dan keberhasilan banyak bergantung pada individu.
Beberapa indikator tingkat kematangan TI di level 0–1 antara lain:
- Kebijakan dan standar TI belum terdokumentasi secara formal
Organisasi menjalankan banyak aktivitas TI tanpa dokumen kebijakan, standar, atau pedoman yang jelas. Arahan datang dari kebiasaan atau instruksi lisan, bukan dari dokumen yang disepakati. - Respons terhadap insiden masih reaktif
Tim TI baru bergerak ketika masalah muncul. Pola ini sejalan dengan uraian RWI tentang proses yang bersifat reaktif pada fase awal, sehingga keberhasilan sulit tim ulang. - Risiko dan insiden TI belum tercatat secara sistematis
Artikel IT Maturity menjelaskan bahwa pada fase ini, organisasi belum memiliki pencatatan risiko dan insiden yang rapi, sehingga manajemen sulit membaca pola dan menarik pelajaran dari kejadian sebelumnya. - Proses dasar belum menyatu
RWI menyebut bahwa proses dasar mulai terbentuk, namun masih terpisah dan tanggung jawab belum terbagi jelas. Indikatornya berupa SOP yang baru muncul di beberapa area, tanpa struktur peran yang tegas.
Jika beberapa indikator ini masih dominan, organisasi kemungkinan besar masih berada di spektrum level 0–1.
Contoh indikator pada fase praktik baik (Defined, level 2–3)
Saat organisasi bergerak ke fase praktik baik, RWI menulis bahwa prosedur sudah terdokumentasi dan distandardisasi, serta manajemen memberi persetujuan terhadap kebijakan tersebut.
Contoh indikator yang muncul di fase ini:
- Kebijakan dan SOP TI lengkap dan seragam
Organisasi menyusun dan menyetujui dokumen kebijakan, prosedur, dan panduan kerja TI, lalu menerapkannya secara konsisten di banyak unit. Ini sejalan dengan penjelasan RWI mengenai prosedur yang terdokumentasi dan distandardisasi di seluruh organisasi. - Pembentukan struktur atau komite TI
Artikel IT Maturity menyebut pembentukan komite atau peran TI khusus sebagai salah satu penanda fase yang lebih matang. Peran, mandat, dan alur eskalasi menjadi lebih jelas. - SLA/OLA mulai berlaku
RWI menyebut Service Level Agreement dan Operational Level Agreement sebagai indikator praktik baik, karena organisasi mulai menyepakati harapan layanan TI secara eksplisit dengan unit bisnis dan tim internal. - Register risiko TI terkelola
Organisasi menyusun daftar risiko TI yang jelas, menugaskan penanggung jawab, dan memperbaruinya secara berkala. Artikel IT Maturity menyebut register risiko yang terkelola dengan baik sebagai salah satu indikator fase ini.
Jika indikator seperti SOP menyeluruh, SLA/OLA, dan register risiko sudah berjalan konsisten, organisasi biasanya berada di kisaran level 2–3.
Contoh indikator pada fase managed / measurable (level 3–4)
RWI menggambarkan fase managed / measurable sebagai fase ketika organisasi mengukur kinerja dengan indikator yang jelas dan menjalankan pemantauan berbasis data secara konsisten.RWI Consulting+1
Beberapa indikator tingkat kematangan TI di level ini:
- Kinerja TI terukur dengan KPI yang jelas
Artikel IT Maturity dan artikel cara membaca level kematangan menjelaskan bahwa pada fase ini, organisasi memakai indikator kinerja utama untuk memantau proses TI secara rutin. - Dashboard kinerja layanan TI aktif
RWI menyebut dashboard KPI yang menampilkan kinerja secara waktu nyata sebagai karakteristik fase ini. Manajemen dan tim TI memantau uptime, insiden, dan indikator layanan lainnya lewat tampilan terpusat. - Review berkala terhadap kinerja dan risiko
Organisasi menyelenggarakan review formal (bulanan atau triwulanan) untuk meninjau data kinerja TI, tren insiden, serta progres perbaikan. Artikel IT Maturity menekankan review berkala sebagai bagian dari karakteristik fase managed/measurable. - Audit internal dan eksternal berperan dalam perbaikan
RWI menyebut bahwa audit terencana membantu mendorong perbaikan berkelanjutan. Organisasi tidak sekadar memenuhi audit, tetapi memakai temuan sebagai input untuk penyesuaian proses.
Ketika indikator di atas hadir dan berjalan konsisten, organisasi sudah bergerak dari sekadar “punya SOP” menuju pengelolaan TI berbasis data di level 3–4.
5. Contoh indikator pada fase praktik terbaik (Optimizing, level 4–5)
Di fase praktik terbaik, organisasi tidak hanya menjaga stabilitas, tetapi juga aktif mencari peluang peningkatan. Artikel IT Maturity menyebut fase ini sebagai kondisi ketika proses adaptif, inovatif, dan organisasi memakai analitik atau kecerdasan buatan untuk mendukung keputusan.
Beberapa indikator yang menandai fase ini:
- Otomasi dan AIOps menguatkan operasi TI
RWI secara eksplisit menyebut otomasi dan AIOps sebagai contoh indikator fase praktik terbaik. Tim operasi TI memanfaatkan otomasi dan kemampuan analitik untuk mendeteksi, menganalisis, dan merespons insiden dengan cara yang jauh lebih cepat dan konsisten. - Penerapan Zero-Trust dan Infrastructure as Code
Artikel IT Maturity menyebutkan pendekatan seperti Zero-Trust dan Infrastructure as Code sebagai ciri organisasi yang mengelola lingkungan TI dengan desain keamanan dan otomasi yang kuat. Pendekatan ini biasanya muncul ketika organisasi sudah melewati fase standarisasi dasar. - Eksperimen dan inovasi berjalan terstruktur
Fase praktik terbaik ditandai dengan budaya eksperimen yang terarah. RWI menulis bahwa organisasi di level ini menjalankan inovasi melalui uji coba cepat yang terukur, bukan sekadar ide sporadis. - Sertifikasi multi-standar terjaga
Artikel IT Maturity menyebut pemeliharaan berbagai sertifikasi sebagai indikator bahwa organisasi menjaga standar tingkat tinggi secara konsisten dan menjadikannya bagian dari identitas tata kelola TI.
Jika sebagian besar indikator ini sudah menjadi rutinitas, organisasi mendekati level 4–5 dan mulai layak menjadi benchmark bagi pihak lain.
Cara memakai indikator tingkat kematangan TI dalam asesmen
Supaya indikator tidak berhenti sebagai daftar, organisasi bisa memakai langkah-langkah praktis berikut (selaras dengan metode asesmen yang RWI jelaskan di artikel IT Maturity dan panduan skala 0–5):
- Petakan kondisi nyata terhadap indikator per fase
Tim asesmen mengobservasi praktik TI, lalu memeriksa kesesuaiannya dengan indikator di fase awal, praktik baik, managed/measurable, dan praktik terbaik. - Tetapkan level dominan per domain
Setelah tim melihat indikator yang paling banyak muncul, tim menetapkan level dominan per domain COBIT (tata kelola, perencanaan, layanan, keamanan, dan monitoring). - Bangun heat map dan diskusikan gap
Organisasi menyusun heat map yang menampilkan level kematangan per domain. Dari sana, manajemen bisa melihat area yang masih tertinggal dan area yang sudah siap menjadi fondasi transformasi. - Susun roadmap berbasis indikator
Artikel-artikel IT Maturity RWI menekankan pentingnya roadmap 2–3 tahun yang menghubungkan inisiatif perbaikan dengan pergerakan level kematangan. Indikator yang belum terpenuhi menjadi daftar tindakan dalam roadmap, bukan sekadar catatan di laporan.
Untuk organisasi yang ingin menerapkan pendekatan ini secara menyeluruh berbasis COBIT 2019 dan BIMM 2024, Anda dapat merujuk layanan Penilaian Penyelenggaraan TI (IT Maturity Assessment) dari RWI, yang menggabungkan scoring level 0–5, indikator karakteristik, dan penyusunan roadmap transformasi TI.
Dengan memahami contoh indikator tingkat kematangan TI di setiap fase, manajemen tidak lagi memandang angka 0–5 sebagai skor abstrak. Angka tersebut berubah menjadi bahasa bersama untuk membaca kondisi TI saat ini, menyusun prioritas, dan merancang lompatan berikutnya.





