Double Materiality adalah: Definisi, Manfaat, dan Cara Menerapkannya

RWI Consulting – Di tengah tuntutan transparansi, perusahaan tidak lagi cukup hanya mengungkap apa yang berdampak pada kinerja finansial. Mereka juga diminta menjelaskan bagaimana aktivitas bisnis memengaruhi lingkungan dan masyarakat. Di sinilah konsep double materiality menjadi kunci: organisasi menilai isu keberlanjutan dari dua arah sekaligus agar pelaporan dan strategi lebih utuh, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Apa Itu Double Materiality?
Secara sederhana, double materiality adalah pendekatan materialitas yang memperluas lensa pelaporan keberlanjutan. Perusahaan wajib melihat dua sisi:
- Impact materiality (inside out)
Menilai bagaimana aktivitas, produk, dan rantai nilai perusahaan memengaruhi lingkungan, masyarakat, dan perekonomian. Fokusnya adalah dampak yang ditimbulkan organisasi terhadap dunia luar. - Financial materiality (outside in)
Menilai bagaimana isu keberlanjutan memengaruhi risiko, peluang, biaya, pendapatan, dan nilai jangka panjang perusahaan. Dengan kata lain, faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian integral dari analisis bisnis.
Dengan dua perspektif ini, pengungkapan menjadi lebih seimbang: bukan hanya “apa risikonya bagi perusahaan”, tetapi juga “apa dampak perusahaan terhadap sekitar.”
Baca: Isu ESG di Indonesia: Tantangan, Tren 2025, dan Arah Tata Kelola
Mengapa Double Materiality Penting?
- Akurasi fokus pengungkapan
Penilaian ganda membantu menentukan topik yang benar-benar penting bagi bisnis dan pemangku kepentingan. - Kredibilitas pelaporan
Investor dan regulator mengharapkan pengungkapan yang dapat dilacak metodologinya dan konsisten dari waktu ke waktu. - Kelayakan strategi
Wawasan dari dua sisi memperkuat pengambilan keputusan misalnya dalam prioritas dekarbonisasi, tata kelola data, atau program sosial yang relevan dengan model bisnis. - Kematangan tata kelola
Proses ini menuntut fondasi kebijakan yang jelas agar interpretasi tidak menyimpang.
Cara Menilai Dampak & Nilai Finansial
Agar penilaian double materiality lebih konkret, organisasi perlu mengembangkan metodologi yang sistematis. Ada dua jalur yang saling melengkapi:
1. Menilai Dampak (Impact Materiality)
- Skala keparahan: sejauh mana isu memengaruhi lingkungan, masyarakat, atau hak asasi manusia.
- Skala jangkauan: apakah dampaknya bersifat lokal, regional, atau global.
- Durasi & frekuensi: dampak sekali terjadi atau berulang dalam jangka panjang.
- Keterkaitan rantai nilai: apakah dampak muncul dari operasi langsung, pemasok, atau pengguna produk.
2. Menilai Nilai Finansial (Financial Materiality)
- Besaran pengaruh finansial: hitung potensi biaya tambahan, kehilangan pendapatan, atau perubahan margin.
- Kemungkinan terjadinya: gunakan skala probabilitas (rendah, sedang, tinggi) untuk memproyeksikan risiko.
- Horizon waktu: jangka pendek (1–2 tahun), menengah (3–5 tahun), atau panjang (lebih dari 5 tahun).
- Keterkaitan dengan strategi bisnis: apakah isu akan mengubah permintaan pasar, biaya modal, atau lisensi sosial untuk beroperasi.
Hasil dari kedua jalur ini biasanya dituangkan dalam skor materialitas, lalu dipetakan dalam matriks dua sumbu—satu sumbu menggambarkan dampak ke luar (impact), sumbu lain menggambarkan dampak ke dalam (financial).
Mengapa Double Materiality Penting?
- Akurasi fokus pengungkapan
Penilaian ganda membantu menentukan topik yang benar-benar penting bagi bisnis dan pemangku kepentingan. - Kredibilitas pelaporan
Investor dan regulator mengharapkan pengungkapan yang konsisten dan metodologinya bisa ditelusuri. - Kelayakan strategi
Wawasan dari dua sisi memperkuat pengambilan keputusan—misalnya prioritas dekarbonisasi, tata kelola data, atau program sosial. - Kematangan tata kelola
Proses ini menuntut fondasi kebijakan yang jelas agar interpretasi tidak menyimpang.
Cara Menerapkan Double Materiality: Checklist Operasional
Tahap | Tujuan | Praktik Kunci | Hasil |
---|---|---|---|
1. Menetapkan lingkup | Menyepakati tujuan, cakupan, horizon waktu | Identifikasi unit, rantai nilai, kategori isu | Ruang lingkup & asumsi awal |
2. Menyusun universe of topics | Mengumpulkan kandidat isu ESG | Mengkaji referensi standar & konteks bisnis | Daftar isu awal |
3. Memetakan pemangku kepentingan | Memahami perspektif & dampak | Wawancara, survei, lokakarya | Matriks pemangku kepentingan |
4. Menilai impact materiality | Mengukur dampak perusahaan ke luar | Skala dampak, jangkauan, keparahan | Nilai materialitas dampak |
5. Menilai financial materiality | Mengukur dampak isu ke kinerja | Skor kemungkinan & besaran pengaruh finansial | Nilai materialitas finansial |
6. Menetapkan threshold | Menentukan batas isu material | Kriteria kuantitatif/kualitatif | Daftar isu material ganda |
7. Validasi & governance | Menjaga integritas proses | Tinjauan manajemen & dokumentasi | Catatan metodologi & risalah rapat |
8. Integrasi & pelaporan | Menghubungkan hasil ke strategi & pelaporan | Rencana aksi, KPI, roadmap pengungkapan | Daftar pengungkapan material |
Studi Ringkas: Mengapa Banyak Organisasi Beralih ke Double Materiality
- Membantu perusahaan menentukan prioritas pengungkapan dan strategi keberlanjutan.
- Mengurangi kesenjangan antara cerita dan data, sebab isu yang penting bagi publik juga diuji penting tidaknya bagi kinerja bisnis.
- Meningkatkan konsistensi data sehingga proses bisa diulang dan diaudit.
Baca: Risiko ESG: Kerangka, Regulasi 2025, dan Integrasi ERM
Penutup:
Double materiality bukan sekadar istilah teknis, melainkan cara berpikir yang menyatukan dampak dan kinerja. Dengan menilai kedua sisi, perusahaan mendapat peta isu yang lebih jelas, pelaporan yang lebih kredibel, dan strategi yang lebih tangguh.
Kuncinya ada pada proses: definisi yang konsisten, pelibatan pemangku kepentingan, dokumentasi yang rapi, serta integrasi langsung ke strategi. Jika semua itu berjalan, double materiality berubah dari kewajiban menjadi sumber keunggulan kompetitif.