Perbedaan Maturity Level dan Capability Level TI

RWI Consulting – Dalam banyak pembahasan IT Maturity, dua istilah yang sering muncul dan bikin bingung adalah maturity level dan capability level. Keduanya sama-sama memakai skala 0 sampai 5, tetapi objek ukuran dan cara memakainya tidak sama.
Capability level berfungsi untuk menilai kapabilitas proses, sementara maturity level menggambarkan tingkat kematangan penyelenggaraan TI secara menyeluruh di suatu organisasi.
Artikel ini merangkum perbedaan maturity level dan capability level TI secara praktis, sekaligus menjelaskan bagaimana keduanya saling melengkapi dalam asesmen IT Maturity.
Perbedaan Maturity Level dan Capability Level TI

Apa itu Maturity Level TI?
Maturity level TI menggambarkan tingkat kedewasaan penyelenggaraan TI pada level organisasi, bukan hanya di satu proses tertentu.
Dalam artikel IT Maturity: Penilaian Tata Kelola TI BUMN Indonesia, RWI menggunakan skala nol hingga lima untuk memetakan kematangan tata kelola, layanan, dan keamanan TI, lalu mengelompokkannya dalam beberapa fase, mulai dari tahap awal sampai praktik terbaik.RWI Consulting
Secara ringkas:
- Skala 0–1 sebagai fase awal, ketika aktivitas TI masih reaktif, terdokumentasi secara terbatas, dan sangat bergantung pada individu.
- Skala 2–3 mencerminkan prosedur yang mulai terdokumentasi dan standarisasi di seluruh unit, dengan kebijakan yang disetujui manajemen dan praktik layanan yang lebih konsisten.
- Skala 3–4 menunjukkan proses sudah dipantau memakai indikator kinerja, ada review berkala dan perbaikan berkelanjutan melalui audit internal maupun eksternal.
- Skala 4–5 menggambarkan fase praktik terbaik: proses adaptif, didukung analitik dan otomatisasi, serta terakui sebagai rujukan di lingkungannya.
Dalam konteks ini, maturity level adalah gambaran menyeluruh: seberapa matang mengelola TI, bagaimana peran kebijakan dan SOP, apa saja karakteristik layanan, serta sejauh mana budaya perbaikan berkelanjutan sudah tertanam.
Untuk gambaran lengkap spektrum maturity dan contoh roadmap multi-tahun, bisa dirujuk artikel IT Maturity: Penilaian Tata Kelola TI BUMN Indonesia.
Apa itu Capability Level TI?
Berbeda dengan maturity level, capability level TI berfokus pada satu proses atau tujuan tertentu.
Beberapa poin penting dari model kapabilitas proses COBIT 2019:
- Setiap proses (misalnya manajemen perubahan, pengelolaan insiden, atau perencanaan arsitektur) punya skor capability sendiri.
- Level yang lebih rendah menggambarkan proses yang belum lengkap dan belum terstruktur, sementara level yang lebih tinggi menunjukkan proses yang terdokumentasi, terukur, dan terus disempurnakan.
- Skala ini dipakai sebagai alat ukur teknis saat menilai 40 tujuan tata kelola dan manajemen dalam domain EDM, APO, BAI, DSS, dan MEA.
Capability level menjawab pertanyaan:
“Seberapa baik proses X di organisasi ini dijalankan sesuai standar COBIT 2019?”, bukan “Seberapa matang TI organisasi ini secara keseluruhan?”
Penjelasan lebih luas mengenai domain, tujuan, dan peran model kapabilitas ini dapat ditemukan di artikel COBIT 2019: Pengertian, Prinsip, Komponen, dan Cara Implementas
Perbedaan Maturity Level dan Capability Level TI
Jika diringkas, perbedaan maturity level dan capability level TI dapat dilihat dari beberapa sisi berikut:
Objek yang diukur
- Capability level
Mengukur kapabilitas satu proses atau satu tujuan tertentu. Setiap proses dalam COBIT 2019 memperoleh skor sendiri di skala 0–5. - Maturity level
Menggambarkan tingkat kematangan TI secara keseluruhan, biasanya sebagai agregasi dari berbagai domain dan proses, kemudian dikelompokkan dalam fase seperti initial, defined, managed/measurable, dan optimizing.
3.2 Sudut pandang manajemen
- Capability level lebih teknis dan detail; membantu tim TI dan asesor melihat kelemahan di tiap proses, misalnya dokumentasi belum lengkap, pengukuran belum konsisten, atau tanggung jawab belum jelas.
- Maturity level lebih strategis; membantu manajemen puncak memahami posisi TI di perjalanan transformasi, apakah masih di level reaktif, sudah memiliki praktik baik yang standar, atau sudah berada di fase praktik terbaik.
3.3 Cara pemanfaatan
Baca juga:
- IT Maturity: Penilaian Tata Kelola TI BUMN Indonesia RWI Consulting
- Penilaian Kematangan TI Sesuai Standar COBIT & BIMM RWI Consulting
- COBIT 2019: Pengertian, Prinsip, Komponen, dan Cara Implementasi RWI Consulting
- Penilaian Penyelenggaraan TI (IT Maturity Assessment
- Capability level terutama digunakan untuk:
- penilaian baseline per proses,
- analisis gap pada kontrol inti,
- penyusunan rekomendasi perbaikan teknis yang spesifik.
- Maturity level digunakan untuk:
- menyusun heat map kematangan TI per domain,
- merancang roadmap peningkatan kapabilitas untuk 2–3 tahun,
- komunikasi ke regulator dan pemangku kepentingan mengenai posisi dan target kematangan TI.
Hubungan Maturity Level dan Capability Level dalam Asesmen IT Maturity
Dalam engagement asesmen yang dijelaskan RWI, maturity level dan capability level tidak berdiri sendiri. Keduanya dipakai secara terintegrasi:
- Baseline capability per proses
- Pengukuran awal dilakukan terhadap kapabilitas proses berdasarkan 40 tujuan tata kelola dan manajemen COBIT 2019.
- Hasilnya berupa skor capability 0–5 per proses dan per domain.
- Agregasi ke maturity level
- Skor capability di berbagai domain kemudian diolah menjadi gambaran IT maturity organisasi.
- Laporan menampilkan heat map dan deskripsi karakteristik tiap fase, mulai dari initial/ad-hoc sampai optimizing.
- Gap & risk analysis
- Selisih antara capability saat ini dan target dijadikan dasar analisis kesenjangan dan risiko.
- Analisis ini kemudian dikaitkan dengan fase maturity yang ingin dicapai organisasi
- Roadmap transformasi
- Dari kombinasi maturity level dan capability level, disusun roadmap transformasi TI dua hingga tiga tahun, lengkap dengan quick wins, inisiatif menengah, dan program strategis jangka panjang.
Kapan Fokus ke Maturity Level, Kapan ke Capability Level?
- Gunakan maturity level saat:
- melaporkan posisi TI ke Direksi, Dewan Komisaris, atau regulator,
- menyusun narasi strategis dalam dokumen roadmap,
- melakukan komunikasi tingkat tinggi tentang kemajuan transformasi TI.
- Gunakan capability level saat:
- menyusun rencana kerja detail unit TI,
- mengatur prioritas perbaikan per proses dan per kontrol,
- memonitor progres implementasi standar COBIT di domain tertentu.
Keduanya tidak saling menggantikan; maturity dan capability justru saling menguatkan. Organisasi yang hanya berbicara maturity tanpa mengukur capability akan kesulitan mengeksekusi perbaikan.
Sebaliknya, fokus penuh pada capability tanpa perspektif maturity berisiko membuat perbaikan terasa terfragmentasi dan tidak jelas kontribusinya terhadap tujuan strategis.
Jika organisasi ingin melakukan asesmen menyeluruh berbasis COBIT 2019 Process Capability dan model maturity yang selaras regulasi BUMN, RWI menyediakan layanan Penilaian Penyelenggaraan TI (IT Maturity Assessment) yang mencakup baseline capability, pemetaan maturity, gap analysis, dan penyusunan roadmap transformasi.
Dengan memahami perbedaan maturity level dan capability level TI, diskusi soal IT Maturity jadi lebih tajam: manajemen punya bahasa strategis untuk melihat posisi dan target kematangan, sementara tim TI memiliki instrumen teknis untuk memperbaiki proses satu per satu sesuai kerangka COBIT 2019 dan standar yang berlaku.





