RMI dan ISO 31000:2018: Framework Pengelolaan Risiko BUMN yang Efektif

RWI Consulting – Dalam situasi ekonomi global yang makin cepat berubah dan penuh ketidakpastian, pengelolaan risiko kini bukan lagi pelengkap, ini sudah menjadi fondasi penting dalam membangun tata kelola perusahaan yang kokoh. Khusus bagi BUMN di Indonesia, tantangannya jauh lebih kompleks. Mereka tidak hanya dituntut untuk mencetak kinerja finansial yang solid, tapi juga punya tanggung jawab sosial untuk melayani kepentingan publik.
Menghadapi tekanan dari dua sisi ini, BUMN perlu punya pendekatan manajemen risiko yang matang dan adaptif. Karena itu, pengukuran dan peningkatan kematangan manajemen risiko bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Upaya ini menjembatani kepatuhan terhadap regulasi nasional dengan praktik terbaik tingkat global.
Di titik inilah peran Risk Maturity Index (RMI) dan standar ISO 31000:2018 saling melengkapi. Keduanya membentuk satu kerangka kerja yang solid, menyeluruh, dan dirancang untuk membantu organisasi mengelola risiko secara efektif dan berkelanjutan, di tengah segala dinamika yang ada.
RMI dan ISO 31000:2018: FrameworkPengelolaan Risiko BUMN yang Efektif

RMI: Barometer Kematangan Risiko di Lingkungan BUMN
Di dunia bisnis, terutama dalam lingkungan BUMN, manajemen risiko bukan lagi sekadar formalitas. Risk Maturity Index (RMI) hadir sebagai alat penting untuk mengukur seberapa matang sebuah organisasi dalam mengelola risiko—bukan hanya dari sisi kepatuhan, tapi juga dari segi efektivitas dan dampaknya terhadap strategi bisnis.
RMI menggambarkan apakah manajemen risiko sudah jadi bagian integral dari proses di semua tingkatan, mulai dari operasional hingga strategis. Untuk BUMN, pelaksanaan penilaian ini bukan pilihan. Ini sudah menjadi mandat lewat regulasi seperti:
Baca: Teknis Perhitungan Penilaian RMI: Memastikan Objektivitas dan Transparansi Evaluasi Manajemen Risiko
- Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-2/MBU/03/2023 tentang pedoman tata kelola dan kegiatan korporasi signifikan BUMN, serta
- Keputusan Deputi SK-8/DKU.MBU/12/2023 tentang petunjuk teknis penilaian RMI.
Apa Tujuan Utama Penilaian RMI?
Tujuan utamanya adalah memastikan apakah manajemen risiko benar-benar dijalankan secara efektif dan memberi kontribusi nyata terhadap pencapaian tujuan organisasi. Penilaian ini meliputi:
- Pemetaan Posisi: Mengetahui di mana posisi perusahaan dalam praktik manajemen risiko jika dibandingkan dengan standar industri dan regulasi yang berlaku.
- Gap Analysis: Mengidentifikasi celah antara kondisi ideal (best practice) dan kondisi aktual di lapangan.
- Rekomendasi Perbaikan: Memberikan panduan perbaikan konkret, lengkap dengan roadmap yang jelas, prioritas tindakan, dan peta implementasi berdasarkan dampak serta kemudahan pelaksanaan.
- Peningkatan Reputasi: Ketika manajemen risiko berjalan matang, kepercayaan stakeholder pun ikut naik. Ini membangun reputasi perusahaan secara jangka panjang.
ISO 31000:2018 – Fondasi Global dalam Manajemen Risiko
RMI di lingkungan BUMN tidak berdiri sendiri. Penilaiannya mengacu langsung pada ISO 31000:2018, sebuah standar manajemen risiko internasional yang fleksibel dan bisa diterapkan di berbagai jenis organisasi.
ISO 31000:2018 menekankan bahwa manajemen risiko harus:
- Terintegrasi dengan proses organisasi sehari-hari.
- Terstruktur & Komprehensif, untuk memastikan semua potensi risiko dikelola.
- Fleksibel, menyesuaikan dengan konteks spesifik organisasi.
- Inklusif, melibatkan para pemangku kepentingan dalam prosesnya.
- Dinamis, selalu menyesuaikan dengan kondisi dan risiko yang berubah.
Dengan mengikuti ISO 31000, BUMN tak hanya memenuhi kewajiban dalam negeri, tapi juga mengadopsi standar global—yang artinya sistem yang dibangun lebih kokoh dan relevan secara internasional.
RMI Mengukur, ISO 31000 Menjadi Pedoman
Kolaborasi antara RMI dan ISO 31000:2018 berjalan beriringan. ISO memberi prinsip dan arah, sedangkan RMI menjadi alat ukur untuk menilai seberapa jauh prinsip-prinsip itu telah diterapkan.
Contoh prinsip dari ISO yang dijadikan dasar antara lain:
- Manajemen risiko harus menciptakan dan melindungi nilai.
- Keputusan harus berbasis risiko.
- Proses manajemen risiko harus terus diperbaiki.
Sementara itu, penilaian RMI akan secara spesifik:
- Menilai keselarasan prinsip ISO 31000 dengan apa yang sudah diterapkan di lapangan.
- Menguji efektivitas kerangka kerja manajemen risiko yang digunakan perusahaan.
- Mengukur efisiensi pelaksanaan praktik, dari proses identifikasi, analisis, hingga pemantauan risiko.
Contohnya di PT Jasaraharja Putera, siklus manajemen risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi, perlakuan, pemantauan, dan peninjauan harus dijalankan selaras dengan alur ISO 31000. RMI kemudian akan menilai apakah semua proses itu benar-benar diinternalisasi dan berfungsi secara nyata di seluruh level organisasi.
Baca: Risk Maturity Index: Pengertian, Fungsi, Ruang Lingkup dan Output
Output RMI: Peta Jalan Menuju Peningkatan Berkelanjutan
RMI bukan hanya soal mendapatkan nilai akhir. Yang jauh lebih penting adalah hasil nyatanya: sebuah roadmap yang bisa langsung digunakan untuk memperbaiki dan memperkuat manajemen risiko perusahaan.
Laporan akhir dari penilaian RMI akan memuat identifikasi gap yang ada, serta rekomendasi perbaikan yang disusun secara spesifik—bukan saran generik yang serba umum. Setiap rekomendasi akan dipetakan berdasarkan dua hal penting: seberapa besar dampaknya dan seberapa mudah untuk diimplementasikan. Dari sana, akan dibuat prioritas penyelesaian yang jelas, agar manajemen tahu mana yang harus ditangani duluan.
Dengan pendekatan ini, manajemen bisa:
- Fokus ke Hal yang Paling Mendesak: Sumber daya perusahaan bisa diarahkan ke area yang benar-benar butuh perbaikan.
- Menyusun Langkah Nyata: Bisa dibuat program penguatan manajemen risiko yang terstruktur dan terukur.
- Pantau Perkembangan: Roadmap ini juga menjadi dasar untuk melacak progres dari waktu ke waktu, memastikan bahwa semua investasi dalam manajemen risiko memang menghasilkan dampak yang terasa.
Penilaian ini dilakukan oleh tim ahli yang independen dan tersertifikasi di bidang manajemen risiko, jadi hasilnya bisa dipercaya dan objektif. Dan karena data yang dikumpulkan selama proses ini bersifat sensitif, semua pihak yang terlibat wajib menandatangani Non-Disclosure Agreement (NDA) untuk menjamin kerahasiaan informasi tetap terjaga.
Kesimpulan: Membangun Ketangguhan dan Daya Saing yang Tahan Lama
Sinergi antara Risk Maturity Index (RMI) dan ISO 31000:2018 menjadi fondasi kokoh bagi BUMN yang ingin membangun sistem manajemen risiko yang benar-benar solid. RMI berfungsi sebagai alat diagnosis—memberi gambaran jujur tentang seberapa matang manajemen risiko dijalankan. Sementara itu, ISO 31000:2018 menyediakan kerangka global yang bisa diandalkan untuk membentuk praktik terbaik.
Dengan menggabungkan keduanya, organisasi tidak hanya sekadar patuh terhadap regulasi. Mereka juga jadi lebih siap mengidentifikasi risiko sejak dini, mengelolanya dengan bijak, bahkan memanfaatkannya sebagai peluang strategis. Hasil akhirnya? Target bisnis tercapai lebih konsisten, bahkan di tengah kondisi pasar yang terus berubah.
Pendekatan ini adalah bentuk investasi yang sangat penting dalam membangun ketahanan jangka panjang. Ia juga memperkuat kepercayaan dari stakeholder—baik internal maupun eksternal—dan memberikan keunggulan kompetitif yang lebih tahan uji di tengah kompetisi global yang makin ketat.
Apakah organisasi Anda siap mengevaluasi dan meningkatkan kematangan manajemen risiko sesuai standar internasional? Cari tahu bagaimana RMI dan ISO 31000:2018 bisa mengubah pendekatan Anda. Hubungi kami untuk memulai penilaian RMI sekarang.






