Isu ESG di Indonesia: Tantangan, Tren 2025, dan Arah Tata Kelola

RWI Consulting – Dalam beberapa tahun terakhir, isu ESG di Indonesia tidak lagi sekadar kampanye reputasi. Investor meminta data emisi, konsumen menilai jejak sosial, dan regulator menguji kredibilitas pelaporan. ESG kini menjadi disiplin bisnis yang menentukan arah perusahaan apakah dipercaya atau ditinggalkan.
Artikel ini merangkum isu utama, tantangan ESG di Indonesia, serta tren ESG Indonesia 2025.
Mengapa ESG Semakin Sentral

Baca: Manfaat ESG untuk Perusahaan
Dari sisi bisnis, ESG berpengaruh langsung pada biaya modal, akses pasar, dan izin sosial untuk beroperasi. Konsultan menyoroti lima medan utama: perubahan iklim, tata kelola, keadilan sosial, transparansi, dan tekanan investor.
Perusahaan yang proaktif dengan energi terbarukan, dekarbonisasi rantai pasok, budaya inklusif, serta etika bisnis lebih siap menghadapi gejolak pasar. Sementara itu, edukasi publik menunjukkan alasan praktis: masyarakat peduli ESG karena menyentuh kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup sehari-hari.
Tantangan ESG di Indonesia
Ancaman Greenwashing
Hukumonline menyoroti risiko ESG-washing. Klaim tanpa bukti hanya merusak kepercayaan. Rekomendasinya jelas: gunakan standar relevan untuk sektor, serta persiapkan pelaporan bertahap yang dapat terverivikasi.
Tekanan Investor dan Konsumen
Investor kini memasukkan kinerja ESG ke analisis risiko. Konsumen memilih merek yang konsisten dengan nilai keberlanjutan. Transparansi termasuk pengakuan atas kendala membuat perusahaan lebih menjadi terpercaya.
Baca: Fungsi Tata Kelola dalam ESG
Tata Kelola dan Integritas Data
Struktur pengawasan, kejelasan mandat, dan audit internal penting agar kebijakan tidak berhenti di dokumen. Tanpa tata kelola yang rapi, pelaporan sulit diuji dan rawan dianggap formalitas.
Tren ESG Indonesia 2025
Publikasi konsultan menyoroti tiga tren utama:
- Data yang andal – perusahaan wajib punya peta data ESG yang jelas.
- Isu material – fokus pada topik paling relevan dengan sektor.
- Aksi lintas fungsi – dari efisiensi energi hingga tanggung jawab sosial rantai pasok.
Dengan kata lain, 2025 menuntut pendekatan berbasis bukti. Praktik global bisa dijadikan referensi, tapi tetap perlu disesuaikan dengan konteks lokal.
Regulasi dan Pedoman
- OJK ESG / POJK 51 – rincian teknis tidak dibahas dalam sumber artikel ini.
- Pedoman IDX ESG Disclosure – detail tidak tersedia dalam sumber.
Meski begitu, narasi sumber menegaskan perlunya penguatan regulasi, transparansi, dan pelaporan yang dapat diverifikasi agar terhindar dari greenwashing.
Lima Isu ESG Teratas di Indonesia
Berdasarkan perspektif konsultan, lima isu utama yang paling relevan:
- Perubahan iklim dan transisi energi – dekarbonisasi operasi dan rantai pasok, kesiapan kebijakan emisi, serta risiko cuaca ekstrem.
- Etika dan transparansi – antikorupsi, kejujuran pelaporan, pencegahan greenwashing.
- Keadilan sosial dan inklusi – hak pekerja, keselamatan kerja, kesetaraan gender, keterlibatan komunitas.
- Tata kelola kuat – struktur dewan efektif, fungsi audit, mekanisme pengawasan independen.
- Tekanan investor dan konsumen – permintaan target jangka panjang dan bukti nyata, bukan sekadar janji.
Checklist Tata Kelola ESG yang Andal
Elemen | Tindakan Praktis |
---|---|
Kebijakan | Tetapkan standar sektoral dan umum ESG |
Data & Pelaporan | Siapkan basis data yang dapat diaudit |
Tata Kelola | Bentuk komite ESG dengan mandat jelas |
Transparansi | Laporkan progres dan kendala, bukan hanya klaim |
Assurance | Gunakan audit internal/eksternal untuk verifikasi |
Penutup: Dari Janji ke Bukti
Arah ESG di Indonesia makin tegas. Tantangan memang nyata—greenwashing, data yang lemah, dan tata kelola yang belum solid. Namun, peluangnya lebih besar bagi perusahaan yang berani membangun sistem kredibel.
Menyambut tren ESG Indonesia 2025, organisasi perlu menggerakkan program lintas fungsi, berdialog dengan investor dan konsumen, serta memastikan setiap klaim punya bukti. Nilai strategis ESG terletak di sini: membantu bisnis tumbuh sambil menjaga kepercayaan pasar.