Penerapan dan Tantangan ESG di Indonesia 2025
RWI Consulting – ESG, yang merupakan singkatan dari Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan (Environmental, Social, and Governance), adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan perusahaan dan investor untuk menilai dampak operasional mereka terhadap lingkungan, komunitas, dan praktik tata kelola perusahaan dalam konteks keberlanjutan.
ESG bertujuan untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi perusahaan, para pemangku kepentingan, serta masyarakat luas. Dengan mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola ke dalam pengambilan keputusan bisnis, perusahaan dapat meminimalkan risiko, meningkatkan efisiensi operasional, membangun hubungan yang lebih kuat dengan pemangku kepentingan, serta memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Baca: Mengenal Aspek ESG dalam BUMN: Dampak, Tantangan, dan Implementasi
Penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam operasional mereka. Berikut beberapa contoh perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan ESG dengan baik:
Penerapan dan Tantangan ESG di Indonesia
1. Unilever Indonesia
Unilever Indonesia secara konsisten mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan di seluruh lini operasional bisnisnya. Perusahaan ini telah mengurangi 89,45% emisi karbon sejak 2015 hingga 2023 dan aktif dalam program pengurangan sampah plastik serta pemberdayaan masyarakat.
2. Bank Plat Merah
Baca: Pentingnya Faktor Lingkungan dalam ESG
Salah satu bank plat merah dikenal karena komitmennya terhadap praktik tata kelola perusahaan yang baik dan inklusif. Bank ini secara aktif terlibat dalam program-program sosial dan lingkungan yang berdampak positif bagi masyarakat.
Penerapan ESG oleh perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya meningkatkan reputasi mereka tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat di Indonesia.
Tantangan Penerapan ESG di Indonesia
1. Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman
Banyak perusahaan di Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam memahami manfaat penerapan ESG serta langkah-langkah efektif untuk mengimplementasikannya. Minimnya edukasi dan pelatihan mengenai ESG di kalangan pemangku kepentingan turut menjadi hambatan dalam meningkatkan pemahaman ini.
2. Keterbatasan Sumber Daya dan Infrastruktur
Implementasi ESG membutuhkan investasi signifikan, baik dalam pengembangan sumber daya manusia, teknologi, maupun infrastruktur pendukung. Biaya implementasi yang tinggi menjadi tantangan utama, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM). Selain itu, keterbatasan infrastruktur dan teknologi pendukung, seperti sistem pelaporan ESG atau teknologi pemantauan lingkungan yang canggih, juga mempersulit penerapan ESG secara optimal.
3. Budaya Bisnis yang Belum Mendukung
Budaya bisnis di Indonesia yang masih cenderung berfokus pada tujuan jangka pendek dan profitabilitas sering kali menjadi penghambat penerapan ESG. Banyak perusahaan ragu untuk mengambil kebijakan yang berpotensi mengurangi laba dalam jangka pendek demi perbaikan kinerja jangka panjang. Kurangnya komitmen dari pemimpin perusahaan dalam mendorong perubahan mindset dan budaya bisnis juga memperparah situasi ini.
4. Regulasi dan Kebijakan yang Belum Matang
Ketidakjelasan dalam regulasi dan kebijakan terkait ESG di Indonesia turut menjadi kendala. Standar yang belum matang serta kurangnya mekanisme pelaporan yang seragam membuat perusahaan kesulitan mengukur kinerja ESG mereka secara objektif. Selain itu, hal ini juga menyulitkan perusahaan untuk melakukan perbandingan kinerja dengan pesaing atau memenuhi standar internasional yang berlaku.
Solusi untuk Mempercepat Penerapan ESG di Indonesia
Baca: Contoh Risiko ESG di Perusahaan
1. Kolaborasi antara Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat Sipil
Kolaborasi yang sinergis antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil dapat mempercepat implementasi ESG. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dalam menciptakan forum dialog, penyusunan pedoman, serta pengembangan standar dan praktik terbaik. Kerja sama ini dapat memastikan praktik ESG yang terstruktur dan sesuai dengan kebutuhan nasional maupun global.
2. Pengembangan Insentif dan Penghargaan
Untuk mendorong adopsi ESG, pemerintah dapat memberikan insentif berupa pengurangan pajak, keringanan fiskal, atau akses pendanaan berbiaya rendah bagi perusahaan yang menerapkan prinsip ESG secara konsisten dan efektif. Selain itu, pemberian penghargaan publik atau sertifikasi kepada perusahaan yang berhasil menjalankan praktik ESG dapat memotivasi lebih banyak perusahaan untuk mengadopsinya.
3. Pemberdayaan UMKM
UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia perlu mendapat perhatian khusus dalam implementasi ESG. Upaya pemberdayaan dapat berupa penyediaan pelatihan, pendampingan, akses teknologi, serta dukungan finansial untuk membantu UMKM memahami dan menerapkan praktik ESG. Dengan demikian, UMKM dapat lebih mudah mengintegrasikan ESG ke dalam operasi mereka dan meningkatkan daya saing di pasar.
4. Peningkatan Riset dan Pengembangan (R&D)
Investasi dalam penelitian dan pengembangan terkait ESG dapat memperkuat pemahaman akan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dari implementasi ESG. Riset yang mendalam dapat membantu mengidentifikasi tantangan spesifik yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan ESG dan menyediakan solusi berbasis data yang lebih efektif. Selain itu, hasil riset ini dapat digunakan untuk membangun kerangka kebijakan yang lebih kuat dan mendukung pengambilan keputusan perusahaan.
Ambil Kendali Penuh atas Risiko. Jangkau Implementasi ESG dan Lindungi Aset Berharga. Cari tau selengkapnya!