Risiko ESG: Kerangka, Regulasi 2025, dan Integrasi ERM

RWI Consulting – Perusahaan kini memasuki fase ketika kinerja finansial tidak bisa dilepaskan dari eksposur lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Faktor ESG menciptakan lintasan baru risiko yang langsung memengaruhi biaya modal, akses ke pasar, bahkan izin sosial untuk beroperasi.
Risiko ESG pun bukan sekadar soal reputasi. Ia menempel pada strategi inti, merembes ke rantai pasok, dan ikut menentukan ketahanan model bisnis. Tulisan ini merangkum jenis-jenis risiko utama, tekanan regulasi terkini, kaitannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serta kerangka kerja praktis ESG risk management framework. Di bagian akhir, pembahasan ditutup dengan cara mengintegrasikan ESG ke dalam ERM, agar upaya perusahaan tidak berhenti di kepatuhan administratif.
Baca: Manfaat ESG untuk Perusahaan
Baca: Fungsi Tata Kelola dalam ESG
Baca: Contoh Risiko ESG di Perusahaan
Risiko ESG: Dari Transisi, Fisik, hingga Tata Kelola
Risiko ESG mencakup beberapa dimensi utama:
- Transisi, misalnya perubahan regulasi, harga pasar, atau teknologi baru.
- Fisik, baik yang bersifat akut (bencana ekstrem) maupun kronis (perubahan iklim jangka panjang).
- Sosial, termasuk isu tenaga kerja, keberagaman, dan hak asasi.
- Tata kelola, seperti praktik anti-korupsi, akuntabilitas dewan, hingga integritas data.
Risiko-risiko ini saling terhubung dan pada akhirnya memengaruhi profitabilitas maupun ketahanan perusahaan.
Tekanan Regulasi 2025: Standar Makin Tegas
Tahun 2025 menjadi babak baru bagi industri jasa keuangan, khususnya di Eropa. Otoritas Perbankan Eropa (EBA) merilis Final Guidelines on the Management of ESG Risks yang berlaku mulai 2026. Konsultasi publik tentang ESG scenario analysis juga dibuka, ditambah rilis lanjutan mengenai ketersediaan data. Semua sinyal ini mengarah pada pengawasan yang lebih preskriptif.
Nada yang sama terlihat dalam barometer regulasi: otoritas Eropa memperkuat integrasi ESG dalam uji ketahanan finansial, bahkan memasukkan aspek biodiversitas dan risiko iklim di sektor asuransi. Ekspektasi pengawas jelas: integrasi ESG harus nyata dan teruji, bukan sekadar kosmetik.
Di Indonesia, IRMAPA mencatat 2025 sebagai titik kritis. Walau dinamika global kadang memberi kesan pelonggaran, regulator utama justru bergerak memperketat standar. Narasi kebijakan ini akan berimbas ke lembaga keuangan di Indonesia, baik sebagai acuan praktik maupun tolok ukur kredibilitas tata kelola risiko.
ESG dan 17 SDGs: Menyambungkan Agenda

Agar fokus ESG tidak melebar tanpa arah, SDGs bisa menjadi kompas strategis. Portal resmi LOCALISE SDGs Indonesia menampilkan 17 tujuan dan 169 target yang berlandaskan prinsip inklusif, integrasi, serta “tidak meninggalkan siapa pun.”
Dengan memetakan isu ESG ke sasaran SDGs, perusahaan dapat memilih prioritas yang relevan dengan konteks lokal, mulai dari energi bersih, kerja layak, industri dan inovasi, konsumsi bertanggung jawab, aksi iklim, hingga ekosistem darat-laut.
Kelebihan Pendekatan SDGs
- Mudah diterjemahkan ke Key Risk Indicators (KRI) lintas fungsi.
- Memfasilitasi dialog dengan pemangku kepentingan seperti regulator daerah, asosiasi, maupun investor berdampak.
- Memberi arah jelas untuk menyatukan ESG dengan agenda pembangunan.
ESG Risk Management Framework: Tujuh Blok Utama
- Konteks & Materialitas
Mulai dari peta bisnis, wilayah operasional, rantai pasok, hingga eksposur aset. Tentukan isu yang paling material—emisi, energi, air, keanekaragaman hayati, hak pekerja, anti-korupsi, dan lain-lain. - Identifikasi & Klasifikasi Risiko
Bedakan transition risks (teknologi, regulasi, harga, reputasi) dan physical risks (akut dan kronis). - Pengukuran & Skenario
Perkuat kapasitas untuk menjalankan ESG scenario analysis. - Risk Appetite & Limits
Nyatakan selera dan batas risiko, misalnya pada emisi, intensitas energi, atau paparan rantai pasok. - Mitigasi & Transisi Portofolio
Terapkan strategi respons: efisiensi energi, substitusi teknologi, inovasi produk, hingga keterlibatan komunitas. - Pemantauan, Indikator, & Data
Gunakan indikator internal (insiden, keluhan, konsumsi energi-air) dan eksternal (regulasi, indeks kualitas lingkungan). - Pelaporan, Assurance, & Governance
Tekanan regulator makin besar, sehingga konsistensi data, jejak audit, dan mandat dewan harus diperkuat.
Integrasi ESG ke dalam ERM

- Satu Kamus Risiko
Tambahkan taksonomi ESG ke risk register korporat. - Satu Proses Evaluasi
Gunakan matriks dampak yang mengakomodasi kerugian finansial, operasional, hukum, reputasi, dan non-keuangan. - Skenario Lintas Portofolio
Uji sensitivitas profitabilitas, modal, dan likuiditas terhadap kebijakan iklim maupun bencana ekstrem. - Satu Dasbor Kinerja
Satukan indikator karbon, insiden sosial, kepatuhan, dan tata kelola ke dalam KPI dewan. - Assurance Berlapis
Audit internal menguji keandalan data dan efektivitas kontrol, terutama terkait klaim dan label berkelanjutan.
Hasil akhirnya sederhana tapi penting: manajemen bisa memutuskan prioritas investasi dan mitigasi berbasis data yang sama, bukan laporan terpisah. ESG benar-benar menjadi bagian dari alur kerja ERM, bukan sekadar wacana di laporan keberlanjutan.
Penutup
Mengelola risiko ESG berarti menggabungkan regulasi ketat, arah pembangunan global, dan praktik manajemen risiko yang terintegrasi. Dengan pendekatan ini, perusahaan tidak hanya sekadar patuh, tetapi juga lebih siap menghadapi tantangan sekaligus peluang dalam perekonomian yang semakin dipengaruhi faktor keberlanjutan.